- Keutamaan Dzikrul Maut (Mengingat Mati)
Manusia adalah makhluk yang pasti akan merasakan kematian. Hanya saja, kenikmatan duniawi yang fana terkadang menenggelamkan kesadaran akan peristiwa penting tersebut. Nabi memerintahkan agar kita memperbanyak ingat mati, sesuatu yang dapat memutus segala kenikmatan yang dirasakan di dunia.
Dalam sebuah hadits shahih, Nabi bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ الَّلذَّاتِ اَلْمَوْتِ
Artinya: Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kelezatan-kelezatan, yaitu kematian. (HR Ibnu Hibban, al-Nasai dan lainnya).
Memperbanyak mengingat kematian dapat menjadi motivasi yang berlipat untuk mematuhi perintah agama dan menjauhi larangan. Dalam sudut pandang fiqih, hukum mengingat kematian adalah sunah, dan melakukannya secara sering adalah sunah muakkadah (sunah yang dikukuhkan).
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menegaskan:
ـ (ليكثر) كل مكلف ندبا مؤكدا وإلا فأصل ذكره سنة أيضا (ذكر الموت) لأنه أدعى إلى امتثال الأوامر واجتناب المناهي للخبر الصحيح «أكثروا من ذكر هاذم اللذات» أي بالمهملة مزيلها من أصلها وبالمعجمة قاطعها لكن قال السهيلي الرواية بالمعجمة
Artinya: Hendaknya setiap mukallaf (orang baligh dan berakal) banyak mengingat kematian, sebagai bentuk sunnah yang dikukuhkan, bahkan sekadar mengingat mati (tanpa dilakukan secara sering) hukumnya sunnah, karena hal tersebut yang paling mendorong untuk mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, berdasarkan hadits shahih; ‘Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kenikmatan’. Redaksi ‘hâdim’ dengan tanpa titik berarti perkara yang menghilangkan kelezatan-kelezatan dari pangkalnya, bisa juga dengan memakai titik ‘hâdzim’ yang berarti dapat memutus kelezatan-kelezatan. Namun al-Suhaili berkata, riwayat yang benar adalah dengan memakai titik. (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 4, halaman: 4, Darul Kutub al-Ilmiyyah).
- Dalil Al-Qur'an Tentang Dzikrul Maut
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ.
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali-Imran [3]: 185).
Ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya bersifat sementara. Sementara kehidupan yang abadi hanya ada di akhirat nanti.
Berkenaan dengan kematian, kematian akan selalu menghampiri manusia kapan dan di mana saja. Kematian pun bisa datang secara tiba-tiba. Prosesnya tidak mengenal waktu dan tempat. Dan akan menimpa kepada siapa saja, baik muda maupun tua, dalam keadaan sehat maupun sakit.
Berkenaan dengan hal ini Allah SWT berfirman:
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ
Artinya: “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS an-Nisa [4]: 78).
Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, seyogianya kita harus selalu ingat akan datangnya kematian. Dan tidak lupa untuk selalu mempersiapkan diri dengan amal kebaikan. Memperkuat ketakwaan. Mempersiapkan diri dengan berbagai bekal ketakwaan demi menyongsong kehidupan yang abadi dan hakiki nanti, yaitu akhirat.
Mengingat kematian penting dilakukan sebanyak mungkin, bukan untuk melemahkan gairah hidup, melainkan sebaliknya: memompa semangat yang lebih besar untuk mengisi kehidupan yang pasti berakhir ini dengan kebaikan, baik kepada Allah, sesama manusia, maupun lingkungan alam sekitar.
- Sudut Pandang Ulama Tasawuf
Dari sudut pandang ulama tasawuf, orang yang sudah mencapai derajat ma’rifat billah (memiliki pengetahuan mendalam tentang sifat-sifat kebesaran Allah), sudah tentu akan senantiasa mengingat mati, sebab ia merasa kematian adalah waktu di mana ia bisa bertemu sang kekasih sejati, Allah SWT, bahkan ia sangat senang dengan datangnya kematian, sebab dapat melepas dahaga kerinduannya bertemu sang penguasa alam semesta dan meninggalkan hiruk pikuk dunia yang sirna. Manusia adalah makhluk yang pasti akan merasakan kematian. Hanya saja, kenikmatan duniawi yang fana terkadang menenggelamkan kesadaran akan peristiwa penting tersebut. Nabi memerintahkan agar kita memperbanyak ingat mati, sesuatu yang dapat memutus segala kenikmatan yang dirasakan di dunia.
Komentar
Posting Komentar